Ditulis Oleh Deby Leiwakabessy
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG KEHIDUPAN MASYARAKAT NEGERI NALAHIA
SEBELUM MENGENAL INJIL
Sejarah merupakan suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau, meskipun sejarah
merupakan bagian dari masa lalu namun sejarah memiliki peran penting dalam
perkembangan kehidupan manusia. Jika dikaji dari latar belakang sejarah, masyarakat
Negeri Nalahia banyak mengalami proses perubahan dalam perkembangan penginjilan
yang dimulai dari orang tua tempo dulu atau moyang- moyang. Sejak Jemaat pertama
berkumpul dalam kurun waktu yang begitu lama, Gereja banyak mengalami polemik
yang tentunya tidak dapat dihitung, yang sudah pasti melibatkan adanya pelaku dalam
sejarah tersebut. Seiring dengan berkembangnya gereja maka sudah barang tentu masing-
masing gereja memiliki sejarahnya masing-masing.
Nalahia dengan Tiong negeri RISAPORI HENALATU, berbatasa dengan Sebelah timur
dengan Jemaat Ameth, sebelah barat dengan jemaat Sila-Leinitu, sebelah utara dengan
laut Seram, sebelah selatan dengan hutan batu. Nalahia yang artinya Nanala Kasitu lalu
liat disana banyak pohon besar-besar. Yang terdiri dari ; 132 Kepala Kelaurga, 333 jiwa
terbagi menjadi 157 laki-laki, 176 perempuan dan 100 anak-anak.
Dari data yang ada jemaat GPM Nalahia pada mulanya berpindah-pindah dari satu tempat
ke tempat yang lain. Pada awalnya mereka mempunyai kepercayaan yakni “ Animisme”
kehidupan mereka dibangun melalui adat dan Budaya mereka sendiri.
Negeri Pertama : Amaholo yang artinya luas Alifuru
Negeri Kedua : Amarolokea/ Amano ( ada tempat dimana bekas kuburan dan tempat
ibadah )
Negeri Ketiga : Amahau ( Negeri didalam Batu )
Negeri Keempat : Amatotu ( sampai disitu negeri sekarang )
Dari data yang saya peroleh karena kondisi Negeri Ketiga ada di dalam batu-batu maka
orang Tua-tua moyang-moyang ingin untuk anak cucu kedepan tidak terganggu oleh
apapun maka mereka sepakat mencari Negeri yang baru dengan jalan Mawe.
1
BAB II
B. DIMULAINYA MISI PEKABARAN INJIL DI NEGERI NALAHIA
1. Misi pekabaran Injil dimulai di Negeri Nalahia
Sesungguhnya Injil telah masuk lebih dahulu di Negeri Nalahia dilihat dari bukti
dokumentasi Gereja awal pada tahun 1715.
Pada Tahun 1575, Bangsa Belanda menduduki Maluku, dan menggeserkan bangsa
Portugis. yang diambil alih oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). dengan
misi berdagang sekaligus membawa ajaran agama Kristen Protestan di Maluku. Pada
kala itu Belanda dengan tegas melarang berbagai kegiatan agama lain khususnya
agama Katolik dan mulai menyebarkan ajaran Kristen Protestan dikarenakan para
petinggi VOC beragama Kristen Protestan. Begitu pula dengan Klasis GPM pulau-
pulau Lease memiliki sejarah perkembangan pelayanan yang dimulai dari Zaman
penyerahan pemerintahan Inggris kepada Pemerintahan sipil Belanda pada Tahun
1814. Keadaan Gereja di Indonesia sesudah itu berada dalam urusan pemerintahan
sipil Belanda dengan nama “ Indische Krek”. Dalam tahapan perkembangan
kemudian jemaat-jemaat dalam satu wilayah pelayanan atau daerah pemerintahan
sipil Belanda dibangun dalam suatu koordinasi pelayanan yang disebut “Afdeling”
yang resmi diakui oleh Indische Krek yang berkedudukan di betawi.
Klasis Lease yang waktu itu masih disebut Afdeling Lease merupakan satu dari enam
Klasis Proto Sinode pertama ( 24 – 27 Maret 1933 ) dan siding Proto Sinode Kedua
( 07 Desember 1933 ) serta sidang Proto Sinode Ketiga ( 06 September 1935 ) yang di
dalamnya menetapkan Gereja Protestan Maluku resmi berdiri sebagai Gereja yang
mandiri. Dalam perkembangan penataan organisasi pelayanan hingga kini GPM telah
di organisasikan kedalam wilayah pelayanan ( Klasis ) dan Klasis GPM Pulau-pulau
Lease termasuk didalamnya Jemaat-jemaat di kepulauan Lease dan tetap merupakan
kesatuan wilayah pelayanan Klasis yang dikenal dengan nama “ Klasis GPM Pulau-
pulau Lease” dengan wilayah pelayanan meliputi 6 jemaat di pulau Nusalaut. Yang
didalamnya ada jemaat GPM Nalahia.
2. Respon masyarakat Nalahia saat menerima Injil
Berdasarkan data terlihat jelas bahwa masyarakat negeri nalahia kala itu banyak
mengalami polemik yang begitu lama, berdasarkan data sejarah jika kepercayaan
awal Negeri Nalahia adalah “ animisme” maka sudah pasti respon dalam menerima
Injil ini tidak mudah karena ada yang masih berpegang dengan kepercayaan
animisme, adat budaya yang melekat namun dengan berkembangnya waktu dan
dokumentasi sejarah dapat diyakini bahwa sebagian besar masyarakat Nalahia sudah
menerima Injil karena pengaruh Kolonial Belanda kala itu dengan adanya Guru-guru
Zending dan pendeta-pendeta belanda.
2
BAB III
C. BUKTI SEJARAH MISI PEKABARAN INJIL
1. Gereja pertama dibangun di Negeri Nalahia
Gereja Nalahia dibangun pada tahun 1715 dengan berdinding Gaba-gaba dan beratap
Rumbia. Keadaan pada waktu itu dijajah oleh Kolonial Belanda, dan sudah ada guru-
guru Zending atau Pendeta-pendeta Belanda yang bertugas. Tetapi lewat data yang
ada, Pendeta Joseph Kam lahir di Belanda pada bulan September 1769 di kota De
Bosch tiba di Batavia pada 28 Mei 1914 dan datang ke Maluku pada tahun 1815
Beliau adalah Rasul Maluku ketiga. Pendeta Joseph Kam banyak bekerja di Nusalaut
untuk Sarani ( Baptis), sidi dan Nikah. Dan juga membantu Guru Zending dalam hal
pendidikan Agama. Beliau tinggal di Ameth. Kemudian pindah ke Nalahia pada
bulan Juli 1838. Beliau kembali ke belanda karena sakit dan datang lagi ke Ambon
dan meninggal. Dan digantikan oleh anak pertamanya yang adalah seorang pendeta
bekerja di Ambon pada tahun 1857 – 1862.
Arsip Gereja; Sketsa gereja awal dan Gereja pada tahun 1715, atab rumbia dan
dinding Gaba-gaba.
3
Dokumentasi
Kepala Tukang Pembangunan Gedung Gereja
Raja Ridolof Hendrik Leiwakabessy
Arsip ; Gereja Sion Nalahia oleh Bapak Deddy Haurissa
Peta Wilayah Pelayanan Jemaat Nalahia
Arsip ; Gereja Sion Nalahia oleh Bapak Deddy Haurissa
3
2. Sekolah pertama dibangun di Negeri Nalahia
Berdasarkan deretan kisah diatas dalam perkembangan penginjilan sudah barang pasti
bahwa pendidikan menjadi bagian yang bertumbuh bersama dengan datangnya para
Guru Zending. Sesuai dengan cerita dari beberapa orang tua, sekolah pertama di
Negeri Nalahia terletak didepan Gedung Gereja yang berdiri saat namun dokumentasi
Gedung sekolah tersebut agak sulit ditemukan, dan Bekas Gedung Sekolah tersebut
saat ini sudah di renovasi dan dijadikan Gedung Serbaguna Negeri Nalahia.
“ sepenggal cerita dari orang tua saya, Bapak “ Julianus Leiwakabessy” pada tahun
1961 ketika beliau pulang ke kampung, belaiu masih melihat Gedung sekolah itu
berdiri megah dan masih dipergunakan dengan baik, dan sebelum direnovasi menjadi
Gedung serba guna, Gedung tersebut terakhir kali difungsikan sebagai sekolah Taman
kanak-kanak.
Perihal perkembangan Pendidikan di Negeri Nalahia sampai saat ini, ada beberapa
Sekolah di Negeri Nalahia seperti; Sekolah PAUD yang terletak di Jl. Amatotu dan
Sekolah Taman kanak-kanak di Jl. Wokoria yang mana sekolah ini adalah pindahan
dari Gedung sekolah yang sudah dijadikan sebagai Gedung Serbaguna, Sekolah Dasar
dan SMP Satu Atap yang mana sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
baik seperti; sudah adanya Perpustakaan sekolah, Laboratorium, Ruang Komputer,
yang baru saja dibangun pada Tahun 2014-2105. Kendala yang dialami saat ini
adalah kurangnya Tenaga Pendidik namun tidak mengurang semangat tenaga
pendidik yang ada untuk terus memberikan Pendidikan yang bermutu bagi anak
didiknya. ( Narasumber ; Bapak. Deddy Haurissa ).
4
3. Bukti – bukti perkembangan lainnya setelah Injil masuk
Banyak sekali perkembangan yang terjadi di Negeri Nalahia terkhusus yang berkaitan
dengan keberadaan Gereja Sion Nalahia, proses perenovasian yang berjalan dari
tahun ke tahun yang dapat dilihat pada bukti dokumentasi dibawah ini;
Arsip Gereja ; Gereja tahun 1820 setengan pendemen
Arsip Gereja; Gereja tahun 1960 ganti atap rumah ke seng
5
Arsip pribadi ; Foto majelis jemaat Tahun 2005- 2010
Arsip pribadi ; Gereja tahun 2006 ganti seng dengan genteng dan ronovasi Menara lonceng
5
Dokementasi kursi Gereja
Dokumentasi tiang penyangga Gereja
5
Pada umumnyan disetiap Gereja di Nusalaut terdapat kursi khusus raja dan keluarga, seperti
yang terdapat pada dokemntasi dibawah ini ;
Tampak depan letak kursi raja dan keluarga
5
Dokumentasi payung dalam Gereja
Dokumentasi Tampak Gereja saat ini
5
Dokumentasi Kantor Gereja
Bpk. Pdt. Yoppi Patty dan
PHMJ Jemaat Sion Nalahia saat ini
5
Narasumber
Bpk. Deddy Haurissa
5
BAB IV
PENUTUP
1. Catatan Narasumber
Berdasarkan hasil Analisa data diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut,
Injil masuk di Negeri Nalahia sangat mempengaruhi proses pembangunan Gedung Gereja
Sion, sejak pertama kali dibangun Jemaat GPM Nalahia melewati beberapa kali renovasi,
hal ini menunjukan bahwa anggota jemaat Nalahia sangat berperan aktif. Bahkan pada
Abad 19 ketika tidak ada pendeta di jemaat, anggota jemaat dibawah pimpinan Raja
Nalahia membangun Gedung Gereja yang dikerjakan oleh semua warga tanpa terkecuali
para wanita dan anak-anak dan tanpa dibayar, dengan istilah atau tradisi orang maluku
adalah “Masohi’. Pada tahun 1820 Gedung Gereja Sion Jemaat GPM Nalahia
Diresmikan. hingga saat ini Gedung Gereja mengalami perubahan atau renovasi dumulai
dari pergantian atap rumbia dengan sengk di tahun 1960, pemasangan traso pada lantai
bagian dalam gedung Gereja, pergantian tembok yang semula diberi kapur dengan
tembok semen pada tahun 1981-1991 dan pergantian atap sengk dengan genteng tahun
2005-2009. Perlu diingat bahwa sebagai tanda panggilan beribadah ditandai dengan
bunyi lonceng gereja, Lonceng Gereja Sion Nalahia sudah berada pada tahun 1923 dari
keluarga Risapori Henalatu ( Teong) di Belanda bersamaan dengan bantuan sebuah
genset 25kwh perlengkapan listrik lainnya, yang dikirim dari Rotterdam menuju
Surabaya ke ambon oleh Dr. Piter Hitharie yang bekerja di Rumah sakit pusat Di
Amsterdam. Walaupun basudara keluarga Risapori Henalatu jauh di Negeri Belanda
namun persekutuan di Negeri Belanda sangat kuat dengan ditandai dengan terdapat tiga
kelompok persekutuan Risapori Henalatu di Utrek. Dengan berjalannya waktu lonceng
gereja tahun 1923 mulai mengalami kerusakan “ retak” dan diperbaiki di Politeknik
Ambon namun tetap tidak mengalami perbaikan yang baik, proses Lonceng ini pun dibeli
yang baru di Jogjakarta namun tetap mengalami keretakan dan tidak bunyi, pada akhir dengan kebijakan Majelis jemaat menghubungi Amatotu dan amatohi dan mendapat respon yang baik dari basudara di Negeri Belanda ( Roterdam ) mengirim lonceng gereja yang baru seberat 115Kg. Partisipasi Anggota Jemaat GPM Nalahia dalam pembangunan Gedung Gereja ini dilatar belakangi oleh beberapa pemikiran anggota jemaat yakni :
pertama, menghargai gedung gereja sebagai rumah Tuhan. Kedua, bekerja untuk Tuhan
agar Tuhan melimpahkan berkat-Nya dalm kehidupan anak cucu kedepannya. Ketiga,
berpartisipasi agar gedung gereja negeri nalahia tidak kalah megah dengan jemaat yang
lain sehingga membuat jemaat semakin hikmah dalam beribadah.
Daftar Pustaka
Arsip Gereja, Jemaat GPM Sion Nalahia.
Seluruh Isi Tulisan ini merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar