SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI VISI “MENJADI SEKOLAH TINGGI YANG UNGGUL, BERIMAN, BERILMU, DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA TAHUN 2028”

Sabtu, 22 Agustus 2020

MISI DAN PENGINJILAN

 Kata penginjilan selalu dihubungkan dengan kata misi. Istilah misi dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa latin, yaitu mission yang dalam bahasa Belanda disebut zending yang artinya pengutusan.[1] Kata mission adalah bentuk substatif dari kata kerja mittere (mitto, missi, missum) yang memiliki beberapa pengertian dasar yaitu, pertama membuang, menembak, membentur;  kedua mengutus, mengirim; ketiga membiarkan, membiarkan pergi, melepaskan pergi; keempat mengambil/mengendap, membiarkan mengalir (darah).[2] Kata perutusan atau pengutusan sendiri di temui dalam Perjanjian Lama sebanyak 850 kali dan dalam Perjanjian Baru sekitar 400 kali,[3] itu artinya bahwa

kata tersebut sangat penting artinya dalam pertumbuhan gereja. Menurut David J. Bosch, misi dan penginjilan tidaklah sinonim, tetapi tidak terpisahkan dan terjalin dengan sangat erat dalam teologi dan praksis. Misi adalah gereja yang diutus ke dalam dunia untuk mengasihi, melayani, memberitakan, mengajar, menyembuhkan dan membebaskan sedangkan penginjilan adalah bagian yang integral dari misi.[4] J Verkuil dalam bukunya Pembimbing ke Dalam Ilmu Pekabaran Injil Masa Kini, mengatakan bahwa: “misiologi adalah pengkajian karya keselamatan Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang diseluruh dunia terarah kepada realisasi Kerajaan Allah.[5] Sedangkan M. K. Drust dalam bukunya Missiologie, megutip perkataan J. Douma dalam bukunya orientatie de Theologie, memberi definisi sebagai berikut: “Penginjilan adalah pelaksanaan perintah jabatani yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada Gereja dalam nama Bapa-Nya, yaitu untuk menyebarkan Injil Kerajaan dalam zaman Roh Kudus ini menjadi kesaksian bagi semua bangsa sampai ujung-ujung bumi.”[6]

Dari uraian di atas, maka secara etimologi, Pekabaran Injil (euanggelizomai) adalah upaya untuk mengabarkan atau memberi tahu kepada orang lain di berbagai tempat dan situasi tentang kabar sukacita (Injil) yang dikerjakan Allah melalui Yesus Kristus, sehingga melalui kabar tersebut orang yang mendengarnya menjadi percaya dan bersukacita. Jadi Pekabaran Injil pada dasarnya merupakan tanggung jawab seluruh orang Kristen, sebab Kristus sendiri hadir di tengah dunia dalam rangka memberitakan Injil kepada dunia. Kehadiran-Nya di dalam dunia dihayati sebagai usaha untuk memberitakan Injil, sebagaimana yang ditulis dalam Markus 1: 38, “Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku datang”. Kata Injil dalam pandangan Kristus dapat diartikan sebagai kabar baik tentang kedatangan Kerajaan Allah. Dalam Injil Lukas 7:22-23,  "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin  diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." Atau seperti yang dikatakan dalam Kisah Para Rasaul 2:37-40,  “Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” Jawab Petrus kepada mereka: Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita.  Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.”  Berdasar pandangan Alkitab di atas, maka  para uskup Anglikan berkata, bahwa : “penginjilan adalah menceritakan tentang Kristus Yesus demikian rupa dalam kuasa Roh Kudus, sehingga orang akan datang untuk mempertaruhkan iman mereka kepada Allah melalui Dia sebagai Juru Selamat, dan melayani-Nya sebagai Raja mereka dalam persekutuan gereja-Nya”.[7] Sementara Janji Lausane mendefiniskan pekabaran Injil  adalah “Menyebarluaskan kabar baik, bahwa Yesus Kritus telah mati karena dosa-dosa kita dan dibangkitkan dari antara orang mati sesuai dengan kitab suci, dan sebagai Tuhan yang memerintah sekarang Ia menawarkan pengampunan dosa dan karunia Roh yang memberikan kemerdekaan kepada semua orang yang bertobat dan percaya.[8] Lausane menekankan pekabaran Injil sebagai berita sukacita kepada semua orang berdosa yang telah diampuni dosanya melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kritus dan terus-menerus menawarkan pengampunan dosa kepada orang yang mau bertobat dari dosa-dosanya. Sedangkan George Hunter menekankan bahwa penginjilan adalah apa yang kita lakukan untuk menjadikan iman Kristen, kehidupan Kristen serta misi Kristen sebagai pilihan hidup bagi orang-orang yang belum menjadi murid Kristus baik di luar maupun di dalam jemaat.”[9] Disini Hunter menekankan pekabaran Injil sebagai perbuatan iman  yang harus dilakukan oleh orang percaya untuk menunjukkan kepada orang yang belum percaya melalui koinonia (persekutuan) dan Diakonia (pelayanan). Hal yang sama dikatakan juga oleh Delos Miles dalam bukunya Introduction to Evangelism, “Penginjilan adalah menjadi Injil Kerajaan Allah, melakukan serta memberitakannya, agar dengan kuasa Roh Kudus orang dan struktur masyarakat dapat dibimbing untuk tunduk kepada ketuhanan Yesus Kristus.[10] Dalam hal ini Miles menekankan aspek pekabaran Injil dari sisi Diakonia dan Marturia untuk menerima dan tunduk kepada Yesus Kritus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya.
Merujuk pada pandangan-pandangan di atas, maka sesungguhnya Pekabaran Injil adalah Misi Allah (Missio Dei) untuk memperluas Kerajaan-Nya di dunia. Untuk hal tersebut, maka Ia memanggil dan mengutus orang-orang percaya (gereja-Nya) untuk memberitakan Injil kepada semua orang agar menerima-Nya, percaya kepada-Nya dan menjadi murid-Nya melalui tripanggilan gereja, yakni bersekutu (koinonia), bersaksi (marturia) dan melayani (diakonia). Dengan demikian Kerajaan Allah identik dengan  kondisi kehidupan di mana Allah menjadi Raja di atas segala raja. Gereja, sebagai umat Allah, dipanggil untuk berperan serta dalam mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dengan melakukan pekabaran Injil sesuai dengan karunia-karunia yang diberikan Allah kepada semua orang percaya agar dunia mengalami syalom (damai sejahtera) Allah.


[1]H Venema, Injil untuk Semua Orang.Jakarta: Yayasan Komunikasi bina Kasih, 1997, hal.3.

[2]K. Prent, c.m., dkk., Kamus Latin-Indonesia, Yogyakarta : 1969, hal. 539-540.

[3]Rainer Scheunemann dan Carolis Huwae, Misi dan Penginjilan. Jayapura: Sekolah Alkitab Malam GKI Tanah Papua, Cetakan kedua 2006,  hal. 11

[4] David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi yang mengubah dan Berubah. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009, hal. 631.

[5]J Verkuyl, Pembimbing ke Dalam Ilmu Pekabaran Injil Masa Kini,  Malang: Gandum Mas, tanpa tahun. hal. 9.

[6]M. K. Drust, Missiologie, USA: Grand Rapids,1987, hal. 144.

[7]Rainer Scheunemann dan Carolis Huwae. Op.cit. hal. 74.

[8]Ibid, hal. 75.

[9]Ibid, hal. 76.

[10]Ibid

 

Artikel  Misi dan Penginjilan

Penulis: Pdt. Yance Numberi, S.Ag, M. Mis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penerimaan Mahasiswa Baru TA 2025/2026

 Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Oikumene Timika Menerima Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2025/2026, Program Studi Stratum Satu (S1) Pendi...